Selasa, 13 Agustus 2013

Pelayanan KB


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara mauun bersfat permanen, dan upaya ini dapat di lakukan dengan menggunakan cara alat atau obat-obatan. Secara umum, menurut cara pelaksanaanya kontraseps di bagi menjadi 2 yaitu :
a.       Cara temporer (spacing)
Menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi
b.      Cara permanen (kontrasepsi mantap)
Mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen
Kontrasepsi yang ideal memiliki ciri-ciri sebegai berikut :
a.       Berdaya guna
b.      Aman
c.       Murah
d.      Estetik
e.       Mudah didapatkan
f.       Tidak memerlukan motivasi yang terus menerus
g.      Efek samping minimal
Syarat-syarat alat kontrasepsi :
a.       Aman pemakaiannya dan dipercaya
b.      Tidak ada efek samping yang merugikan
c.       Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
d.      Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
e.       Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya
f.       Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit
g.      Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat
h.      Dapat diterima oleh pasangan suami istri
Klasifikasi cara-cara kontrasepsi :
1.      Berdasarkan jenis kelamin :
a.       Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh suami
b.      Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh istri
2.      Berdasarkan pelayanan
a.       Cara medis dan non medis
b.      Cara klinik dan non klinik
3.      Berdasarkan efek kerja :
a.       Tidak mempengaruhi fertilitas
b.      Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)
c.       Kontrasepsi permanen atau mantap (kontak) dimana terjadinya infertilitas menetap
4.      Berdasarkan cara kerja atau cara kontrasepsi :
a.       Berdasarkan keadaan biologis : coitus interuptus (senggama terputus), sistem kalender, metode suhu badan, dll.
b.      Penggunaan alat barrier : kondom, diafragma, spermatisida
c.       Kontrasepsi intrauterin : Intra Uterine Device (IUD)
d.      Kontrasepsi hormonal : pil, suntikan
e.       Kontrasesi operatif : tubektomi dan vasektomi
Jenis kontrasepsi secara umum :
1.      Metode merakyat (Folk Methods)
a.       Coitus interruptus
b.      Post coital douche
c.       Prolonged lactation
2.      Metode tradisional (traditional methods)
a.       Pantang berkala
b.      Kondom
c.       Diafragma vaginal
d.      Spermatisida
3.      Metode modern (modern methods)
a.       pil KB
b.      suntik KB
c.       IUD
4.      Metode permanen operatif (permanent operative methods)
a.       Tubektomi
b.      Vasektomi
Faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan kontrasepsi
1.      Faktor pasangan dan motivasi :
a.       Umur
b.      Gaya hidup
c.       Frekuensi senggama
d.      Jumlah keluarga yang diinginkan
e.       Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu
2.      Faktor kesehatan
a.       Status kesehatan
b.      Riwayat haid
c.       Riwayat keluarga
d.      Pemeriksaan fisik dan panggul
3.      Faktor metode kontrasepsi
a.       Efektivitas
b.      Efek samping
c.       Biaya
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang penulis  tulis diatas telah kita ketahui pembahasan yang akan dibicarakan dalam makalah ini ialah tentang IMS dan kaitannya dengan kontrasepsi.

1.3. TUJUAN 
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.      Agar kita dapat mengetahui apa itu IMS dan Kontrasepsi.
2.      Untuk mengetahui bagaimana kaitan antara IMS dan Kontrasepsi
3.      Sebagai landasan untuk menyelesaikan problema di Masyarakat yang berkaitan dengan IMS dan Kontrasepsi.

BAB II
PEMBAHASAN

INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Infeksi saluran reproduksi (ISR) dan Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang mendapat perhatian penting pada kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Rata-rata terdapat lebih dari satu juta orang setiap hari yang terinfensi IMS. insiden tinggi ISR dan IMS di antara perempuan yang menjalani perawatan Antenatal, kesehatan seksual dan reproduksi atau penyakit ginekologik lain mengindikasikan adanya masalah ISR/IMS yang meluas.
Orang yang mengalami ISR/IMS mempunyai resiko lebih tinggi tertular HIV atau menularkan HIV pada pasangannya. Pada orang-orang yang terinfeksi HIV, pengobatan ISR/IMS akan lebih sulit, yang berarti dalam keadaan terinfeksi serentak, akan meningkatkan kemungkinan penyebaran HIV.
Berbagai jenis mikroorganisme  (kurang lebih 20 jenis) dapat ditularkan melalui hubungan seksual dan berdampak pada organ reproduksi seseorang. Bahkan ada pula penyakit seperti infeksi Hepatitis dan AIDS yang bisa ditularkan melalui hubungan seks tetapi pada organ reproduksinya tidak ada kelainan.
Di Indonesia, data pasti tentang jumlah penderita ISR dan IMS tidak mudah di dapat, karena pencacatan laporan hanya didapat dari Rumah sakit pemerintah, swasta atau praktik dokter pribadi tertentu, sedangkan pada kenyataannya banyak penderita yang mengobati dirinya sendiri atau mereka yang berobat ke dokter praktik tidak dilaporkan.

Tipe Infeksi
Istilah ISR/IMS mencakup 4 tipe Infeksi yaitu:
·         Infeksi yang merusak saluran reproduksi
·         Infeksi pada saluran reproduksi perempuan yang tidak disebabkan karena penularan melalui hubungan seks, tetapi merupakan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang normal ada dalam vagina (bakteri vaginosis dan jamur).
·         Infeksi melalui hubungan seks yang memberi dampak lebih luas selain alat reproduksi (sifillis dan HIV/AIDS).
·         Infeksi pada saluran reproduksi perempuan akibat komplikasi dari tindakan yang dilakukan untuk membantu kasus persalinan, keguguran dan pengguguran, insersi AKDR atau operasi obstetri ginekologi.


Beberapa jenis IMS yang banyak didapat di Indonesia:
·         Gonore
·         Sifillis
·         Klamidia
·         Kandidiasis
·         Trikomoniasis
·         Bakterial Vaginosis
·         Herpes Simpleks

Peran petugas kesehatan pada pelayanan kontrasepsi/kesehatan reprodusi:
Banyak orang, khususnya perempuan yang mengalami ISR/IMS tidak mendapat perawatan dan pengobatan dengan tepat, karena:
·         Baik laki-laki dan perempuan mungkin tidak ada gejalanya. penelitian telah menunjukkan sekitar 70% perempuan dan 30% laki-laki yang terinfeksi tidak mempunyai gejala.
·         Orang-orang yang menunjukkan ada gejala ISR/IMS tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya terinfeksi. Banyak perempuan yang tidak mendapat informasi tentang cairan vagina yang normal dan tidak normal, sehingga mereka akan menganggap cairan vagina yang keluar walaupun akibat ISR/IMS sebagai sesuatu yang wajar.
·         Banyak orang yang menduga bahwa mereka mungkin terinfeksi, tetapi tidak segera berobat karena tidak menganggap penyakit ini penting, merasa malu, penyakit yang diderita merupakan stigma sosial, tidak mengetahui akses berobat dan tidak dapat menjangkau pengobatan.

            Pelayanan kontrasepsi dapat sekaligus memberikan pelayanan terhadap ISR maupun IMS seperti: 
·         Pendidikan tentang pencegahan IMS dan pengenalan gejala dan tanda gejala ISR/IMS serta komplikasi IMS.
·         Konseling mengenai perilaku seksual yang beresiko, alternatif perilaku seksual yang aman, kepatuhan klien untuk berobat hingga tuntas dan perlunya pasangan klien juga ikut berobat.
·        Skrining atau penapisan ISR/IMS, termasuk pemeriksaan vagina (selain di lakukan sebagai pemeriksaan rutin atau  lebih di tekankan pada orang yang berisiko).
·        Pengobatan ISR/IMS
·        Merujuk ke fasiliyas yang lebih lengkap
·        Menyediakan kontrasepsi dengan perlindungan ganda (dual action) seperti kondom.

Tabel Komplikasi IMS
Pada Perempuan
Pada Bayi Baru Lahir
Pada Pria
·         Radang panggul
·         Infertilitas
·         Kehamilan ektopik
·         Keguguran
·         Lahir mati
·         Kanker serviks
·         AIDS
·        Hepatitis
·         Prematuritas
·         Berat lahir rendah
·         Sifilis kongenital
·         Oftalmia neonatorum
·         Pneumonia klamidia
·         Septikemia
·         AIDS
·         Hepatitis

·        Epididimitis
·        Prostatitis
·        Striktur uretra
·        Infertilitas
·        AIDS
·        Hepatitis

Skrining atau Penapisan klien
·         Skrining klien dapat di lakukan dengan anamnesis yang cermat atau melalui konseling. Apabila mungkin pemeriksaan organ reproduksi di lengkapi dengan pemeriksaan laboratorium sederhana untuk melihat mikroorganisme yang ada (pemeriksaan duh kelamin dengan mikroskop dan pewarnaan Gram, larutan NaCL dan KOH).
·         Berikan pengobatan sesuai dengan hasil temuan mikroorganisme atau dari hasil pendekatan sindrom.
·         Selalu tanyakan pada klien adakah:
-        duh vagina atau uretra
-        lesi atau ulkus pada alat kelamin
-        pembengkakan pada kelenjar getah bening di daerah inguinal (selangkangan)
-        nyeri perut bagian bawah
·         Tanyakan juga apakah pasangannya mengalami hal seperti di atas.
·         Riwayat hubungan seks seminggu sampai sebulan terakhir
·         Apakah klien atau pasangannya berganti pasangan dalam waktu sebulan in?
·         Apakah klien atau pasangannya mempunyai aktivitas atau profesi yang menyebabkan iaberganti pasangan atau sering berpindah tempat?
·         Apakah klien menyadari ia terkena IMS dan adakah usaha yang dilakukan sebelum datang kefasilitas ini?


Petugas kesehatan perlu membekali diri dengan keterampilan untuk melakukan investigasi atau skrining tanpa skap yang menghakimi atau membuat pasien malu, marah, tersinggung, atau tidak mau berterus terang.
Diagnosis dan Pengobatan
·         Diagnosis ISR/IMS pada fasilitas kesehatan bsa dilakukan berdasarkan pendekatan sindrom dengan identifikasi gejala yang sfesifik sesuai dengan jenis mikroorganisme penginfeksi dan penilaian tentang risiko penularan.
·         Pemeriksaan duh tubuh dengan laboratorium dan pemeriksaan serologi akan sangat baik untuk mendapatkan ketepatan diagnosis dan pengobatan. Paling tidak fasilitas pelayanan kontrasepsi atau pelayanan kesehatan reproduksi mempunyai perangkat pemeriksaan  laboratorium sederhana.
·         Apabila diagnosis klien meragukan dan pengobatan tidak memberikan hasil yang memuaskan, klien harus dirujuk ke fasilitas pelayanan lain yang lebih lengkap dan kemajuan  penyembuhannya harus selalu dipantau.

Konseling, edukasi, pelayanan kontrasepsi dan pengobatan IMS secara terpadu merupakan bagian yang penting untuk pencegahan dan mengurangi insiden IMS.

Tabel Kontrasepsi dan Pencegahan IMS
Jenis Kontrasepsi
Keterangan
Kondom Lateks
·        Merupakan metode trrbaik untuk pencegahan IMS dan HIV/AIDS, bils digunakan terus menurus dan benar.
·        Tapi kondom tidak melindungi nfeksi yang berasal dari ulkus atau lesi dari selangkangan yang tidak tertutup oleh kondom.
Female Condom (kondom perempuan)
·         Walaupun data klinis terbatas, kondom ini cukup efaktif untuk pencegahan kontak dengan sperma maupun bakteri penyebab IMS dan HIV.
·         Sebagai alternatif apabila kondom untuk laki-laki tidak ada atau tidak bisa digunakan.
·         Terbatasnya pemakaian kondom perempuan juga oleh faktor harga dan kurang nyaman.
Spermisida
·        Tidak melindungi penularan IMS/HIV, oleh karena itu pemakaian spermisida saja tanpa pengaman (barrier) lain tidak dianjurkan.
Diafragma
·        Digunakan bersama dengan spermisida, dapat mengurangi transmisi IMS. Perlindungan terhadap HIV belum pernah di buktikan
·        Sebagai alternatif apabila penggunaan kondom laki-laki tidak bisa dilakukan.
Metode Kontrasepsi lain
·        Seluruh metode kontrasepsi yang lain tidak dapat melindungi klien dari IMS dan HIV.
·        Perempuan yang berisiko terhadap IMS perlu menggunakan tambahan kondom disamping pemakaian metode kontrasepsi yang lain.
Daftar Pustaka

JNPK-KR. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Prowerawati, Atikah, Dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi: Numed.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar